Pages

JEJAK TELAH DI LANGKAHKAN SERIBU KEHENDAK HARUS TERLAHIRKAN

Ads 468x60px

Labels

Selasa, 18 November 2014

Bersama tak menjadi satu dalm tujuan yang sama

Rel Kereta
REL KERETA
Rebahlah sejenak pada realita, supaya tidak terlanjur terlalu jauh dan tinggi mengawan dengan mimpi yang ternyata fana.
Beri waktu sedikit saja pada otak untuk tersadar bahwa bisa jadi kalian sepasang rel.

Rel kereta api yang sepasang, kau tahu mereka diciptakan hanya untuk saling beriringan, samping menyamping. Mereka satu tujuan. Tapi yang terpenting, tidak untuk menyatu.
Sengaja dibuat serupa, cocok dan serasi, namun apa daya bila fungsi utamanya tidak untuk bersama? 
bahkan dipisahkan oleh garis horizontal yang membuat keduanya berjarak.

Apakah kalian rel kereta? 
atau sepasang kelingking yang saling menyimpul?
Mungkin bukan ‘Biarkan waktu yang menjawab’ solusinya. Tapi menyingkirkan jumawa, dan menggantinya dengan ribuan surat cinta pada Tuhan.
Ia yang tahu pasangan mana yang hanya sebagai rel, dan mana yang pantas menjadi pelengkap kelingkingmu sampai tua


Selasa, 11 November 2014

Tari Topeng Kemindu dari Kutai Kartanegara

Sebagai sistem aristokrasi tradisional nusantara yang telah bertahan selama hampir delapan abad, Kesultanan Kutai memiliki warisan seni budaya yang amat kaya, misalnya dalam bidang seni tari. Di dalam lingkungan Keraton Kutai, terdapat sejumlah tari klasik yang masih tetap lestari melintas zaman. Salah satu di antaranya adalah tari topeng kemindu. Tari ini sering disebut juga tari topeng Kutai untuk membedakannya dengan berbagai jenis tari tradisional yang ada di berbagai daerah lain di Indonesia.
Dahulu, tari topeng kemindu hanya berkembang di kalangan terbatas. Tari ini hanya dapat dibawakan oleh orang-orang dari strata sosial tertentu, yaitu para remaja putri dari kalangan bangsawan di Kesultanan Kutai. Seiring waktu, tari ini mulai diperbolehkan untuk dibawakan oleh masyarakat di luar lingkungan Keraton. Perubahan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II dengan tujuan mempopulerkan dan menjaga kelestarian seni tradisi Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura.


Dari sisi koreografi, aransemen, dan genre tarian, tari topeng kemindu masih memiliki hubungan yang erat dengan tari topeng yang berkembang di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh budaya peninggalan Majapahit yang cukup kuat. Tari topeng menjadi salah satu bukti peninggalan hubungan diplomatik yang terjadi antara Kesultanan Kutai Kartanegara pada masa pemerintahan Maharaja Sultan (1370-1420 M) dengan penguasa Majapahit yang sezaman dengannya. Jejak peninggalan pengaruh Majapahit juga dapat ditemukan pada kemiripan alur cerita, busana, dan watak topeng yang dikenakan para penari.Tari topeng kemindu biasanya dibawakan dalam perhelatan besar Kesultanan dan acara-acara resmi. Perhelatan tersebut antara lain ritual seluang mudik, Festival Erau, penobatan sultan, resepsi pernikahan, dan perayaan kelahiran di kalangan keluarga bangsawan. Tari ini juga menjadi bagian dari tata krama protokoler penyambutan tamu kehormatan di lingkunganKesultananKutaiKartanegara.
 [Ardee/IndonesiaKaya]

 
Blogger Templates