Setelah menempuh perjalanan jauh ke dalam batin Kita berdua ‘kan duduk di sini Di tepi Mahakam ini Dilingkupi angin segar pagi hari Dan hijau pepohonan menemani
Tapi karena jarak, Ya, karena jarak Kita terpisahkan berjauhan Kau di seberang Mahakam sana Aku di seberang sini Namun tak ada jarak batin di antara kita Lalu kita ‘kan saling bertatapan dalam diam Seperti yang kau inginkan Tapi kita tau, batin kita berbicara dalam seribu bahasa Yang seluruhnya hanya bermuara pada satu makna: Kata orang itu “cinta” Atau prasangka belaka? Atau bukan keduanya? Kita berbincang panjang tentang kehidupan Tentang dunia yang rawan, dan negeri di atas awan yang langitnya berhiaskan bintang-bintang Matahari dan pelangi selalu setia menemani Juga hujan, seperti yang kau inginkan “Hidup itu dinikmatin dan di jalani *,” katamu lirih Aku mengangguk tanda mengerti, seraya menimpali dalam hati, “Dan kau adalah bagian terbaik dari mimpi*” Pada suatu hari yang tak mungkin Kita berdua kan duduk di sini Di tepi Mahakam ini Dan kali ini kau ada di sampingku kepalamu bersandar di bahuku sementara bumi hanyalah sebutir debu di telapak kaki kita..**
0 komentar:
Posting Komentar